Rabu, 21 Desember 2011

Relatif.

Panggung 1. Jauh disebuah dusun nelayan dengan bau laut yang kental. Seorang paman menanyakan kabar keponakannya yang telah lama pergi kekota. Dengan bangga, ibunya menjawab, “sukurlah, sekarang hidup bejo sudah enak. Dia bekerja sebagai petugas kebersiha digedung tinggi.”
Panggung 2. Disebuah gedung perkantoran ditengah kota yang sibuk, seorang bos berdasi menanyakan tentang seorang pegawai yang tampak lusuh. Dengan gugup, manajernya menjawab, “namanya bejo pak! Pegawai rendaah dibagian kebersihan. Sayang, nasibnya tidak sebaik namanya.”

Aha! Betapa relatifnya nilai sebuah pekerjaan. Dari satu sudut pandang, sesuatu yang dibanggakan ternyata tak ubahnya cemoohan. Namun dari sudut lain, sebuah ejekan ternyata sumber harapan panjang. Begitulah bila pikiran mulai menilai-nilai apa yang disebut “kkemujuran’ hidup, maka pada saat yang sama ia memisah-misahan orang kedalam kelas-kelas yang berbeda. Padahal, melalui tatapan hati nurani, tiadalah lebih berharga jabatan tinggi di hadapan jabatan rendah. Ketika anda menhargai dan membebaskan diri dari peringkat-peringkat “keberuntungan”, disaat itu anda mampu mendengar bisikan nurani.
Wisdom of theday
Sedikit sekali orang kaya yang memiliki hartanya sendiri. Hartalah yang memiliki mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar