Sabtu, 17 Desember 2011

Rasa sebuah ketulusan

Seorang teman karib mengahampiri meja kerja anda, dan memungut sebatang pencil yang patah. Pintanya, “boleh aku pinjam ini?” anda yang sibuk hanya dengan menengok sekelebat dan berkata, “ambil saja”. Setelah itu anda lupa akan kejadian itu selamanya. Padahal bagi teman anda, pensill patah itu amat berharga demi pengerjaan tugasnya.
Tahukah anda bagaimana” rasa” sebuah ketulusan ? setiap diri kita pasti pernah memberikan sesuatu dengan setulus murni. Namun, tidak banyak yang mampu memahaminya. Kerena ketulusan bukanlah rasa, apalagi untuk dirasa-rasakan. Ketulusan adalah rasa yang tak terasa, sebagaimana anda menyilakan teman dekat anda mengambil pencil patah anda. Tiada setitik pun keberatan. Tiada setitik pun permintaan terima kasih. Tiada setitik pun rasa berjasa. Semuanya lenyap dalam ketulusan. Sayangnya tidak mudah bagi kita untuk memandang dunia ini seperti pencil patah itu. Sehingga selalu ada rasa keberatan atau berjasa saat kita.
Saling ber bagi, sayangnya tidak mudah juga untuk bersibuk-sibuk pada keadaan diri sendiri, sehingga pencil patah pun tampak bagai pena emas. Jangan ingat-ingat perbuatan baik anda. Kebaikan anda ingat-ingat perbuatan baik anda. Kebaikan yang anda letakkan dalam ingatan bagaikan debu yang ter tiup angin.
Wisdom of the day
Keberhasilan tidak di ukur dengan apa yang telah aanda raih, namun dari kegagalan yang telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang elawan rintangan yang datang bertubi-tubi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar