Minggu, 30 Oktober 2011

Sang juara....

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, aebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang mereka miliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begtulah peraturannya.
Ada seorang anak bernama mark. Mobilnya tidak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawanya, mobil mark lah yang paling tak sempurna. Beberaa anak menyaksikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainya. Namun, mark bangga dengan semua itu, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balp mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendrong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap kecilnya, lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.
Namun, sesaat kemudian, mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata “ya, aku siap”
Dor, tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendrong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “ayo..... ayo..... cepat... cepat, maju..maju”, begitu teriak mereka. Ahha.... sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finis pun telah terlambai. Dan mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga mark. Ia bercap, dan berkomat kamit lagi dalm hati. “ terima kasih”
Saat pembagian piala tiba. Mark maju kedepan dengan bangga. Sebelum piala diserahkan, ketua panitia bertanya, “hai jagoan, kamu tadi pasti berdoakepada tuhan agar kamu menang, bukan?” mark terdiam. “bukan, pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata mark.
Lalu ia melanjutkan, “ sepertinya tidak adil untuk meminta padaa tuhan untuk menolong mu mengalahkan orang  lain. Aku hanya bermohon pada tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah” semua hadirin terdiam mendengaritu, setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.
RENUNGAN
Anak anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidak lah bermohon pada tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark tak memohon untuk melulskannya dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya, anak itu juga tak akan meminta tuhan mengabulkan semua harapannya.ia tak berdo untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, mark, memohon pada tuhan agar diberkekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.
Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada tuhan mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap halangan dan cobaan yang ada didepan mata. Padahal , bukan kah yang kita butuhkan adalah bimbingan Nya, untunanNya,?
Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini, tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui?  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar